skip to main |
skip to sidebar
Kisah Inspiratif

Kisah Kondominium
============
Diceritakan kembali dari bukunya "A Gift From A Friend" Merry Riana
Sepasang pengantin baru, baru saja memutuskan utk membeli sebuah
apartment yg terletak di lantai 72. Kunci apartment pun diserahkan kpd
mereka, mereka begitu semangatnya utk segera melihat apartment mereka,
apalagi apartment ini jaraknya tidak begitu jauh dari kantor mereka.
Tetapi semangat dan kebahagiaan mereka segera sirna, ketika mereka tahu
lift yg akan digunakan sedang di perbaiki dan jalan satu2nya adalah
melalui tangga. Tapi bagaimanapun mereka saat ini sedang bersemangat utk
segera melihat apartment mereka yg baru.
Merekapun mulai
menaiki anak tangga, setelah sampai di lantai 21 mereka mulai lelah dan
mengetahui perjalanan mereka masih jauh, merekapun meninggalkan tas
mereka utk melanjutkan naik tangga lagi.
Selanjutnya mereka
sampai di lantai 45. Rasa lelah sudah sangat mereka rasakan, mereka
mulai saling menyalahkan karena memutuskan naik lewat tangga. Mereka
bahkan mulai menyalahkan kenapa memutuskan utk membeli apartment di
lantai tertinggi. Tetapi karena sudah sampai sejauh ini dan hanya
tinggal 27 lantai lagi, akhirnya mereka memutuskan utk terus naik.
Ketika mereka sampai di lantai 60, mereka sudah tidak saling berbicara
satu sama lain. Mereka hanya berfikir ide utk naik tangga sampai ke
lantai 72 adalah ide yg sangat konyol.
Akhirnya sampai juga
mereka di lantai 72. Sesampainya di depan pintu, mereka masih bisa
tersenyum lemah ketika saling berpandangan. Tetapi apa yg terjadi ketika
mereka sadar ternyata utk membuka apartment perlu kunci dan kuncinya
ada di tas yg mereka tinggalkan di lantai 21.
Apa makna dari cerita diatas ??
Kita semua memiliki impian ketika kita masih kecil, ingin menjadi dokter, pilot, pramugari, guru, dll.
Ketika kita mencapai usia 21 tahun, umumnya kita mengikuti orang
kebanyakan. Kita melepas impian kita dan menerima pekerjaan apapun yg
ditawarkan. Kita melepaskan impian kita dan melanjutkan hidup kita sama
dengan teman2 kita yg lain.
Ketika mencapai usia 45 tahun, kita
mulai merasa kecewa dgn kondisi hidup kita dan mulai menyalahkan semua
orang lain, kecuali diri kita sendiri. Kebanyakan dari mereka kecewa
dengan pekerjaan mereka.
Mereka kecewa dengan keadaan keuangan
mereka. Di satu sisi, mereka tertekan oleh kebutuhan utk membiayai
pendidikan anak2 mereka. Disisi lain utk membiayai kebutuhan orang tua
mereka setelah mereka pensiun. Berapapun gaji yg mereka dapat akan
selalu mengalir keluar lagi utk membayar tagihan, cicilan, pinjaman,
biaya hidup dll.
Jangankan liburan yg rutin dan bisa pergi
ketempat yg mereka ingin kunjungi, mereka bahkan tidak tahu umur berapa
mereka akan dapat berhenti bekerja dan pensiun.
Ketika mencapai
usia 60 tahun, mereka biasanya tidak bisa berkata banyak lagi. Saya
melihat begitu banyak orang tua di usia tsb yang tidak banyak
berkomunikasi dengan orang lain. Mereka hanya menjalani hidup dan
menunggu waktu mereka tiba.
Dan ketika mencapai usia 72 tahun,
ketika menyadari bahwa waktu mereka telah tiba untuk berkata selamat
tinggal, mereka hanya bisa berkata demikian sambil meneteskan air mata
yg mengalir dipipi.
Mungkin mereka berfikir "Apa yg mungkin
terjadi jika saya tidak melepaskan impian saya ketika masih berusia 21 ?
Apakah kisah hidup saya akan berbeda ??
Cerita di atas
hanyalah gambaran saja, apa yg digambarkan adalah untuk membantu
memperjelas agar kita bisa melihat masa depan, kehidupan macam apa yg
akan kita jalani jika kita membuang impian kita.
Moral kisah
ini adalah "Jangan lepas impian anda" dan "jangan menukarnya dengan
kesempatan atau peluang yg "salah"". Kesempatan yg "salah" dapat datang
secara tersamar sebagai kesempatan yg sepertinya nyaman dan kesempatan
kerja yg sepertinya cocok setelah anda lulus sekolah.
Tapi, jika kesempatan itu tidak membawa anda lebih dekat pada impian anda, apa gunanya ???
0 komentar:
Posting Komentar