Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

PROMO ORIFLAME

PROMO ORIFLAME
Promo Join dan Promo Rekrut. Berlaku Mulai Maret 2013

Rabu, 08 Agustus 2012

CERITA DIBALIK PERSALINAN ANAKKU

Anakku lahir tanggal 17 September 2011, jam 16.07 di RSIA Tumbuh Kembang, Cimanggis, lewat operasi sesar. Tadinya tak terbayangkan sama sekali bahwa akhirnya aku akan melahirkan dengan cara operasi. Karena masa kehamilanku berjalan normal,lancar, tanpa kendala. Hamilku terbilang mudah, tak pernah mual apalagi muntah. Perkembangan janin normal dan diperkirakan dokter bayiku akan lahir tanggal 7 september. Sampai tanggal perkiraan, tanda2 persalinan tak kunjung datang. Cek ke bidan katanya tak masalah jika lewat dr tanggal perkiraan dlm rentang waktu 2 minggu. Aku diminta menunggu 1 minggu, jika belum lahir juga maka diminta kembali cek up.

Setelah 1 minggu berlalu ternyata tak juga ada tanda persalinan. Hati resah dan gelisah. Coba cari second opinion usg ke dokter yang lain, ternyata hasilnya malah sangat menyeramkan :( Kata dokternya posisi bayi belum masuk jalan lahir, bobotnya lebih dr 3,5kg dan air ketuban mulai berkurang karena sudah lewat waktu. Harus segera di sesar, bahkan kalo bisa sore itu juga di sesar. Huaaa....Tangisanku langsung pecah :'(

Perjalanan pulang dari usg yang kedua, ku putuskan untuk bersabar menunggu sampai deadline 2 minggu lewat dr tanggal perkiraan. Masih ada waktu seminggu lagi untuk menunggu. Jalan kaki pagi sore, perbanyak posisi sujud, ngepel rumah sambil nungging, semua ku jalani. Rajin minum air kelapa hijau, minum minyak kelapa buatan sendiri, dll dll. Semua saran dan nasehat orang tua aku turuti.


Batas waktu menunggu hampir habis, 10 hari lewat dari tanggal  perkiraan, tepatnya tanggal 17 september subuh, bangun tidur aku merasakan sesuatu mengalir keluar. Seperti pipis namun tak bisa ditahan. Aku segera mngetahui bahwa ini adalah air ketuban. Aku dan suami bergegas menuju bidan tempatku biasa kontrol selama kehamilan. Sampai di klinik, bisan memeriksa dan dia bilang aku sudah masuk bukaan 1. Tapi anehnya, tak ada sedikit pun kontraksi yang ku alami, namun air ketuban dan lendir bercampur darah masih saja merembes keluar. Aku diminta berbaring di ruang perawatan.
saat menunggu di ruang perawatan

My Beloved Mommy. Selalu setia menemani.
Jam 8 pagi bidan senior visit dan memeriksa. Beliau berkata sebaiknya diberikan infus obat induksi untuk merangsang kontraksi. Aku langsung mengiyakan, mengingat sedari tadi hanya ketuban yang keluar, aku khawatir ketuban akan kering. Setelah infus induksi dipasang, tak berapa lama aku langsung mengalami kontraksi. Pertama lemah, namun intervasl jarak watu dari kontraksi satu ke kontraksi lainnya ku rasakan tak terlalu jauh. Setiap kali kontraksi itu datang aku terus mengucap zikir dan menggenggam erat tangan ibuku, atau tangan suamiku. Mereka berdua selalu berada di sampingku.
infus induksi dipasang
Tak berapa lama, bidan kembali datang dan memeriksaku. Setelah itu ia keluar ruangan, dan masuk lagi dengan membawa tabung oksigen. Dia bilang bayiku di dalam kekurangan oksigen, detak jantungnya lebih cepat dari normal. Infus obat induksi dikurangi  frekuensi tetesannya, karena bidan bilang bayi ku gak kuat dengan dosis obat induksinya. Ya Allah semoga ia di dalam sini baik baik saja. "Bismillah..hayo berjuang sayang. Berjuang sama-sama bunda. Kamu pasti bisa" Ucapku lirih sambil mengelus-elus perutku.

Kontraksi ku rasakan semakin hebat, dengan jarak waktu yang makin dekat. Mungkin tiap 5 menit sekali. Aku bertahan menghadapi rasa sakitnya. Tarik nafas panjang, berdzikir, hanya itu yang terus saja aku lakukan. Memang kata orang kontraksi dengan induksi lebih hebat daripada kontraksi alami. Jika kontraksi alami pada umumnya bukaan 1 memiliki interval selang 1 jam misalnya, semakin dekat semakin dekat, tiap setengah jam, tiap 10 menit, tiap 5 menit, hingga akhirnya bukaan lengkap 10 dan lahirlah si jabang bayi. Sedangkan kontraksi dengan induksi yang aku rasakan sejak pertama kali infus bekerja, aku langsung meraskan kontraksi dengan jarak waktu pendek2, ga sampai 1 jam. Dan semakin lama rasa sakitnya yang semakin hebat. Selama kontraksi aku terus mengenakan selang oksigen agar bayiku tak kekurangan oksigen. Jika selang dilepas, detak jantung bayiku kembali berdetak cepat dari yang normal.

Selepas makan siang, bidan kembali datang dan memeriksa. Ia bilang bukaan 3. Aku berkata dalam hari "Ya Allah..lama juga ternyata" Aku sudah dipindahkan ke ruang persalinan agar suasana lebih tenang. Jam 3 sore, bukaan mencapai bukaan 5. Rasa sakit masih bisa ku tahan. Aku harus bertahan, aku ingin melahirkan dengan cara normal, itu tekad ku dalam hati. Tarik nafas, buang nafas, dzikir dan berdzikir, itu saja yang terus aku lakukan. Ibu mengajarkanku untuk tidak berteriak karena hanya akan menghabiskan energi. Beginilah pengorbanan seorang ibu, sempat aku meminta maaf pada ibuku, memohon doa agar persalinanku diberi kemudahan. Ibuku tak pernah beranjak dari sisiku, kecuali untuk makan dan solat. Ia dengan setia menemani putri bungsunya ini berjuang. Padahal biasanya ibuku paling tak tahan berada di dekat orang yang akan melahirkan, karena ia pasti juga akan ikut meraskan mules. Namun karena kekuatan dari Allah swt, dan kekuatan cinta seorang ibu, ibuku mampu tetap berada disisiku tanpa ikut merasakan mules. Subhanallah...tak terbayang jika tanpamu ibu :(

Setelah bidan selesai memeriksaku, suamiku dipanggil keluar keruang bidan. Firasatku mulai tidak enak. Benar saja, beberapa waktu kemudian mereka kembali masuk ke ruang persalinan. Dengan perlahan bidan menjelaskan bahwa kondisi bayiku kekurangan oksigen karena tak kuat dengan obat induksi (sedangkan tnpa induksi aku sama sekali tak mengalami kontraksi). Selain itu aku sudah mengalami pecah ketuban sejak subuh, jika beberapa jam setelah pecah ketuban bayi belum juga lahir, maka harus segera mengambil tindakan operasi karena dikhawatirkan ketuban akan kering. Sebenarnya bisa saja ditunggu sampai pembukaan lengkap, toh kini sudah sampai bukaan 5. Dan kondisi aku masih kuat secara fisik. Namun yang dikhawatirkan adalah kondisi bayiku. Jika terlalu lama kekurangan oksigen bisa berakibat buruk untuk perkembangannya kelak.

Tangisanku langsung pecah. Ya allaah...betapa aku ingin melahirkan secara normal. Namun kesehatan dan keselamatan bayiku adalah yang terpenting. Tanpa ragu aku mengiyakan saran bidan untuk melakukan operasi. Aku segera dirujuk ke Rumah Sakit. Aku bersiap, infus induksi dilepas (setelah infus dilepas aku sama sekali tak merasakan kontraksi lagi) Selama perjalanan ke Rumah Sakit aku tetap tenang, aku bisa tenang karena memang tak ada rasa sakit. Tak seperti ibu ibu lain yang sudah sampai pembukaan 5. 

Sampai di RS, perawat dan tim medis di ruang operasi bekerja dengan cekatan. Aku segera masuk ruang operasi. Sesaat sebelum masuk aku sempat menggenggam tangan suamiku, berharap ia bisa menemaniku didalam. Namun peraturan RS tak mengijinkan. Bismillah...aku berserah padamu ya Allah. Berilah kemudahan, keselematan untukku dan bayiku. La haula wala quwwata illa billah..

Ruang itu hijau, dan dingin. Dingiiiinnn sekali sampai gigiku gemeletukan rasanya. Tak berapa lama terdengarlah suara tangisan bayiku. Suara tangisannya sangat gagah. Suaranya ngebass, suara laki laki. Bayiku laki-laki, sehat, sempurna, dan selamat. Alhamdulillah :) Suster menggendongnya dan membawanya ke dekat wajahku agar aku bisa menciumnya. Air mataku tumpah. Subhanallah..aku telah menjadi seorang ibu :) Setelah itu aku sempat tertidur akibat obat biusnya. Operasi selesai kurang lebih selama 1 jam. 
my newborn baby boy :)
Keluar dari ruang operasi, suami, ibu dan kakak ku menyambut di luar. Suamiku langsung menghampiri dan mencium pipiku. "Alhamdulillah jaza killahu khoiro Bunda. Dedenya laki laki" begitu ucapnya :) Aku tersenyum lemah sembari menitikkan air mata bahagia.

you are so cute lil boy :*

Selama 3 hari aku dirawat di Rumah Sakit. Perawatan menggunakan metode bayi digabungkan sekamar dengan ibunya. Karena kondisiku yang belum pulih pasca operasi, otomatis ibuku yang banyak berperan dalam mengurus bayi mungil ini. Lagi lagi, tak terbayangkan tanpamu ibu :) 

anakku umur 2 hari
3 hari kemudian kami pulang dan membawa serta bayi mungil dalam pelukan. Kini aku dan suamiku telah menjadi ayah dan bunda. Kami telah menjadi orangtua. Semoga amanah ini bisa kami jaga, agar bisa kami pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Semoga anak kami menjadi anak yang sholeh, berbakti pada orangtua, bangsa dan agamanya. Menjadi kebanggaan orangtua. Amiiinn..
with his daddy

ready to going homee







0 komentar:

Posting Komentar

Ini Dia Hebatnya Bisnis Jaringan